Insiden itu terjadi di Tepi Barat, Minggu (16/5/2021), bertepatan dengan hari libur besar Yahudi. Seorang juru bicara Magen David Adom mengatakan kepada Channel 13, paramedis telah merawat lebih dari 157 orang karena cedera. Paramedis juga mengumumkan dua orang telah tewas, seorang pria berusia 50 an dan seorang anak laki laki berusia 12 tahun.
Petugas penyelamat bergegas menuju tempat kejadian, merawat yang terluka dan membawa orang ke rumah sakit. Militer Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan, mereka mengirim petugas medis dan pasukan pencarian dan penyelamatan lainnya untuk membantu di tempat kejadian. Helikopter tentara juga dikerahkan untuk mengangkut jemaah yang terluka.
Video amatir menunjukkan keruntuhan pada hari Minggu saat ibadah malam di Givat Zeev, pemukiman Tepi Barat di utara Yerusalem. Sinagoge ultra Ortodoks itu dipenuhi oleh ratusan orang. Shavuot adalah festival panen musim semi yang juga menandai hari dalam kalender Yahudi di mana Taurat diberikan kepada Musa di Gunung Sinai.
Acara ini secara tradisional ditandai dengan studi Taurat sepanjang malam dan konsumsi produk susu. Atas insiden ini, otoritas Israel saling menyalahkan. Walikota Givat Zeev mengatakan, gedung itu belum selesai dibangun dan berbahaya.
Kepala polisi Yerusalem Doron Turgeman mengatakan, bencana itu adalah kasus "kelalaian" dan kemungkinan akan ada pihak yang harus bertanggung jawab. Deddi Simhi, kepala dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Israel, mengatakan kepada Channel 12 Israel bahwa gedung itu belum selesai. "Gedung itu bahkan tidak memiliki izin untuk ditempati, apalagi mengadakan acara di dalamnya," ujarnya.
Rekaman video dari tempat kejadian menunjukkan bangunan berlantai lima itu belum jadi. Beton ekspos, tulangan, dan papan kayu, serta terpal plastik digunakan sebagai jendela. Sebuah tanda dalam bahasa Ibrani yang ditempel di dinding bangunan bertuliskan "untuk alasan keamanan, dilarang masuk ke tempat ini."
Menteri Pertahanan Benny Gantz menulis di Twitter bahwa "hati saya bersama para korban bencana di Givat Zeev." Kecelakaan di sinagoge ini terjadi beberapa minggu setelah insiden kerumunan di sebuah festival keagamaan di Israel utara. Insiden pada 29 April lalu itu menewaskan 45 orang Yahudi ultra Ortodoks, yang disebut sebagai bencana sipil paling mematikan dalam sejarah negara itu.
Insiden kerumunan di Gunung Meron terjadi setelah bertahun tahun adanya peringatan bahwa situs suci itu tidak aman bagi puluhan ribu pengunjung setiap tahun untuk merayakan Lag Baomer. Perayaan tahun ini dihadiri oleh sekitar 100.000 orang, kebanyakan dari mereka adalah Yahudi ultra Ortodoks. Para ahli telah lama memperingatkan bahwa kompleks Gunung Meron tidak memiliki perlengkapan yang memadai untuk menangani kerumunan besar yang berkumpul di sana selama liburan musim semi.
Kondisi infrastruktur yang tidak memadai merupakan risiko keamanan. Bencana tersebut memicu kritik baru atas otonomi luas yang diberikan kepada minoritas ultra Ortodoks yang kuat secara politik di negara itu.